Label

Senin, 29 November 2010

Cerita Lucu masa lalu chapter 5

Ha,,ha. Hi..hi..Hwa,ha,haaa...
Smile or Laugh?? Orang harus banyak senyum, senyum bisa membuat kedamaian. Tanda akan kedamaian. Bagaimana dengan tertawa? Menurut aku, tertawa itu harus di beri batas, tertawa bisa berarti kebahagiaan. Namun jika  kita tertawa bukan di tempatnya dapat membuat orang tersinggung dan membuat kita rugi. Lho Kok?
Saat aku duduk di Sekolah Menengah Pertama, aku dan lima orang temanku membuat satu kelompok ( bukan kelompok belajar, tapi kelompok main). Kita selalu bersama, sebut saja, yenk, vit, wid, mit, dan karin.
Kita selalu tertawa, setiap berkumpul kita selalu tertawa. Objek tertawaan itu teman sekelas, dan bisa saja orang yang tidak kita kenal. Rumah kami berdekatan satu sama lain. Jarak antar sekolah dan rumah itu berdekatan, jadi kami berjalan kaki saat pulang sekolah.
Suatu hari ada teman kita laki-laki, namanya Sani, dia menggunakan Tas punggung hitam sudah pudar warnanya, entah di sengaja atau tidak di belakang tasnya terdapat tulisan dengan tipe x. ‘ Dedot’. Entah apa artinya. Hingga ada diantara kami ada yang mengatakan, “ Dedot?? Itukan nama anjing aku!!!”.Hwa.ha..ha, kita berenam tertawa terbahak-bahak ada yang sambil pegang perut karena tidak tahan, bahkan ada  yang sedikit ngompol.
Tak disangka Sani itu mendengar. Dia berbalik kebelakang. Sebelum kita ketahuan, kita berbalik muka dan lari sekencang mungkin. Ada diantara kita yang terjatuh, tapi gak terlalu parah. Lalu melanjutkan tertawa kita sambil berlari.
Contoh lainnya, saat itu objek tertawa kami adalah kakak kelas kami, namanya Subarkah. Saat itu sedang gencar-gencarnya film kartun Tsubasa, film kartun dengan pemeran utamanya sebagai pemain bola handal. Anak lelaki seumuran kita hobi nonton film Tsubasa. Saat pelajaran olah raga berlangsung, kita belajar di lapangan. Anak laki-laki bermain sepak bola, saat itu franky teman sekelas berlari kencang sambil berucap “ subani....”.
Aku yang penasaran bertanya, “ Apa itu subani?”. Franky yang selalu pake celana kedodoran itu menjawab, “ Subani temannya tsubasa!”.
“Franky,,di film Tsubasa gak ada yang namanya subani!!”, ucap Yenk ketus.
“ Subani,,artinya SUku BAbi warna-warNI..”jawab franky liar. Hwa..ha..ha kita berenam dapat hiburan dari franky. Ketawa kita di lapangan menggelegar. ( suku=kaki)
Saat asyiknya tertawa, ada kakak kelas kita subarkah lewat. Wid dengan hebohnya menjerit “ Hey,,,ada SUku BAbi meReKAH”. Wid yang mengartikan subarkah menjadi sebuah singkatan, menjadikan kita berenam tertawa heboh.
Saat itu memang kak subarkah gak mengerti kita menertawakan apa, dia hanya bingung seperti yang linglung.
Objek tertawa kita bisa siapa saja, orang yang tampak oleh orang lain biasa saja, bisa kita anggap itu lelucon. Misalnya saja ada teman sekelas yang sering sekali rambutnya di kepang, namanya Warti, rambutnya panjang tebal bervolume keriting sekali. Warti belum pernah sekalipun mengurai rambutnya. Suatu hari Ibu guru Lena merasa mengutarakannya di depan kelas ketika mengabsen.
“ Warti, ibu belum pernah melihat kamu mengurai rambutmu, rambutmu kan bagus!” tanya bu warti.
Tanpa basa-basi Vit nyeletuk , “ Wah,,kalo di urai kelas penuh bu..!”
“ Maksud kamu Vit?” Tanya ibu guru
“ Iya,, sekelas penuh sama rambut dia doang, kita gak kelihatan.”. Hwa..ha..ha kita tertawa enak sekali tanpa melihat sekitar.
Ibu Lena, mengerutkan dahi pada Vit dan memarahi Vit.
*        
Kebiasaan kita menertawakan orang lain, terus dan menerus membuat kita senang. Walaupun banyak beban dan masalah, dengan tertawa kita jadi lupa dengan semua masalah kita.
Tapi setelah kita menertawakan semua itu, ada beberapa hal yang jadi mengusik pemikiran kita. Eitss, bukan gila, tapi masalah jadi muncul.
Saat masa-masa SMP itu kita selalu sekelompok, kemana-mana selalu dengan kelompok, jadi hidup berkelompok. Dan ini menjadikan kita sulit hidup mandiri atau masing-masing.
Mengapa sulit? Karena saat kita terikat dengan kelompok berada di tempat umum, selalu menertawakan gerak-gerik orang lain, yang menurut orang itu tidak lucu. Dimana-mana kita menertawakan gerak-gerik orang yang sebenarnya wajar, misalnya cara jalan, cara bicara, cara duduk, cara berpakaian dan lain-lain.
Dan saat aku sendiri, benar-benar sendiri berada di tempat umum. Aku jadi tidak PD-an (Percaya Diri), aku takut ditertawakan orang lain, baik cara jalan, cara bicara, cara duduk, cara berpakaian dan lain-lain. Karena dahulu saat bersama kelompok suka menertawakan cara jalan, cara bicara, cara duduk, cara berpakaian orang lain. Sekarang aku takut cara jalan, cara bicara, cara duduk, cara berpakaianku di tertawakan orang lain. Padahal orang lain tidak memperhatikan kita. Tapi kita takut sendiri. Ada orang lain yang suka menertawakan kita.
Hal tersebut sangat menyiksa, sangat risih buatku. Dan saat aku bertanya pada kelima temanku, merekapun demikian. Wah, tertawa itu ada batasnya. Dan harus ada tempatnya. Dan satu hal, tidak boleh menertawakan kekurangan orang lain, jika kita tidak mau kekurangan orang tersebut ada pada diri kita.
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela” (Al Humazah:1). Astagfirullahaladzim. Ampun Ya Allah. Pedih jika mengingat peristiwa-peristiwa diatas, untuk itu kami berenam minta maaf pada semuanya. Maaf yang sebesar-besarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar