Label

Senin, 29 November 2010

Cerita Lucu masa lalu chapter 3

Kita paling anti disebut katro, ndeso, primitif. Inginnya disebut modern, padahal kita gak tahu secara tepat apa itu modern. Hal itu dilihat dari jawaban 50 responden yang saya tanya secara random terhadap siswa, ibu rumah tangga, dan kalangan menengah kebawah.
Anggapan terbesar mereka, modern itu pake komputer. Jadi hanya sebatas penggunaan alat, atau secara visual. Padahal jauh dari visual, modern itu harus mencakup pemikiran juga, harus logis dan realistis.
Wow, mencengangkan ya, gak mau disebut katro, ndeso, tapi fikirannya masih katro. Percuma donk pake komputer tapi pemikirannya katro. Ya gak??
Saya tertarik sekali membahas modern, katro, dan suku. Emangnya berkaitan? Yupz, berkaitan sekali, what when, who, how, why, , ,?
Di zaman yang disebut era globalisasi, suku tuh masih ada, dan bakal tetap ada sampai kapanpun gak bisa diubah, bhineka tunggal ika, walau berbeda tetap satu. Dan yang masih tetap ada perang antar suku. Well, gak bisa dirubah sampai kapanpun sebelum pemikiran menjadi modern.
Dari hal sepele bisa jadi besar. Contohnya di daerah X,dua remaja lelaki cuma gara-gara saling pandang , karena beda suku, bacok-bacokan. Aduhh katro banget, padahal kalo bukan beda suku mereka saling pandang itu bisa berarti cinta, lho..gak boleh, haram hubungan sesama jenis.
Ini juga tengah aku alami, disekitar kehidupanku. Bukan The True War, tapi perang dingin. Aku tinggal di tanah sunda, sedangkan keluargaku asli jawa tengah. Padahal aku dan mamah lahir di sunda, nenek yang usianya 70 tahun tinggal di sunda 60 tahun. Jadi sebenarnya gimana ini?? Yupz nenek memegang teguh adat jawanya. Bagus dong, bagus banget.
Hingga suatu hari aku pergi ke jawa tengah. Di sana tuh orang-orang pada mencela sunda, katanya orang sunda itu licik, curang, sukanya dandan doang, males kerja dll. Wahh..sebagai orang yang lahir dan besar di sunda gak enak nih, pengennya menyingsingkan baju langsung...ademmm.( no jontok-jontokan ya). Akh, aku diem aja, padahal orang jawa itu lagi dandan, ninggalin anaknya sendirian. Terus dia ngelanjutin pembicaraannya, dia bilang orang jawa itu santun, kalem, dermawan, contohnya aja artis Arzeti, Artika, Presiden, wah gak karuan deh mengagungkan sukunya.
Aku gak mau jadi provokator, jadi gak mau bilang langsung ke orang suku sunda. Nah,,Besoknya di kawasan rumah dataran sunda, dia bilang orang jawa itu, jorok, pelit, pengen menang sendiri. Waduhh,,gak enak nih sebagai orang keturunan jawa saya langsung panas.Akh aku diemin aja padahal orang sunda itu lagi ngupil dan keliatanya gak mandi. Terus dia ngelanjutin pembicaraannya, dia bilang orang sunda itu bersih, cakep, enak dilihat, contohnya aja artis Raffi ahmad, mulan jameela, band beken, wah gak karuan deh mengagungkan sukunya.
Wahh,,yang namanya karakter dan kebiasaan orang gak bisa diukur dari sukunya, walaupun memang bisa dilihat sebagian besar itu karena lingkungan. Tapi ini bukan alasan untuk saling mencela satu sama lain.
Ini yang saya maksud perang dingin, lama-lama jadi bom waktu kalo kita gak berfikir modern. Primitif itu masih menggunakan tradisi lama, sedangkan tradisi lama itu bisa saja negatif. Seperti contoh diatas, mencela satu sama lain, yang memang turun menurun dari karuhun.
Wah,,lebih anehnya lagi terkadang ini diucapkan oleh orang yang berada di lingkungan pendidikan, habis mata kuliah modernisasi lagi...gawat nih,,gak nerap berarti kuliahnya.
“dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan[771], dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”(Ar Ra'd :21)
Yaitu mengadakan hubungan silaturahim dan tali persaudaraan. Dalam firman Allah tersebut, perlulah kita takut. Menyadari, serta menghindari apa yang menjadi permasalahan antar suku.
Perlulah ada keharmonisan, empati, simpati, saling menghargai dan menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Serem kan kalo di dunia bacok-bacokan, di akhirat di hisab keburukan, Hiiii…
Mari kita rubah persepsi buruk kita terhadap beda suku, hindarilah terlalu mengagungkan suku. Kita gak tahu suatu hari nanti kita minta pertolongan tapi yang mampu menolong kita adalah lain suku. Kita gak akan pernah sadar kita saling membutuhkan.
Apalagi yang habis mata kuliah modernisasi, atau mata pelajaran PPKN, serta yang habis ikut PKBM. Jangan mudah tersulut emosi. Bersatulah, jauh dari pertikaian dan buatlah perdamaian antar suku. Antar suku aja susah, apalagi membahas antar Negara, Israel dan Palestine. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar